Sejarah Kerajaan Perlak
Kerajaan
Perlak berdiri tahun 840 M dengan rajanya yang pertama, Sultan Alaidin
Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Sebelumnya, memang sudah ada Negeri Perlak yang
pemimpinnya merupakan keturunan dari Meurah Perlak Syahir Nuwi atau Maharaja
Pho He La. Pada tahun 840 ini, datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang
dipimpin oleh Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus
berdakwah menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri
Perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama
Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin
Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari
perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah,
Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang
semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai penghargaan atas
Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan
di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.
Sultan Alaidin Syed
Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang beralirah paham Syiah. Aliran
Syi’ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan
Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan
penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun
1268, hubungan antara kelompok Syi’ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi’ah
di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir
berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh
Ismail untuk pergi ke pantai timur Sumatra dengan tujuan utamanya adalah
melenyapkan pengikut Syi’ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan
sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai
masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M),
terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua
tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun
302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah
naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum
Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga
sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
Pada tahun 362 H
(956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul
Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat
tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian
kerajaan menjadi dua bagian. Bagian pertama, Perlak Pesisir (Syiah), dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed
Maulana Shah (986 – 988). Bagian kedua, Perlak Pedalaman (Sunni), dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023).
Kedua kepemimpinan
tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari pemimpin kedua wilayah
tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal. Ia meninggal
ketika Perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang
inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam
Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat,
yang awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai
Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya
hingga tahun 1006.
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia
menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga.
Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan
Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan
Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan
yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal
pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera
Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu,
Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik
al-Saleh.
Kerajaan Perlak
merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, yaitu kayu yang
berkualitas bagus untuk kapal. Tak heran kalau para pedagang dari Gujarat, Arab
dan India tertarik untuk datang ke sini. Pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak
berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Kondisi ini membuat maraknya
perkawinan campuran antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat. Efeknya
adalah perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya munculnya Kerajaan Islam
Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Para Sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti,
yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan Berdaulat. Di
bawah ini merupakan nama-nama sultan yang memerintah kerajaan perlak :
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 – 864
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah (915 – 918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir (928 – 932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (932 – 956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956 – 983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim (986 – 1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023 – 1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mansur (1059 – 1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078 – 1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109 – 1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mahmud (1135 – 1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173 – 1200)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200 – 1230)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230 – 1267)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267 – 1292)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah (915 – 918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir (928 – 932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (932 – 956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956 – 983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim (986 – 1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023 – 1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mansur (1059 – 1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078 – 1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109 – 1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mahmud (1135 – 1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173 – 1200)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200 – 1230)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230 – 1267)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267 – 1292)
0 comments:
Post a Comment